Putra Qomaluddin Attar Nuriqli, seorang putra Banjarmasin, sempat lama merantau di kota Yogyakarta dengan status mahasiswa Univeristas Gadjah Mada. Semasa kuliah, Ia mengikuti banyak kegiatan kemahasiswaan dan organisasi, Hal ini merupakan awal perjalanannya menggeluti usaha Advertising, Percetakan, Desain Grafis, Sablon dan Digital printing. Di akhir Januari 2015, Putra Qomaluddin menguraikan perjalanan usahanya kepada redaksi :
pemilik Restu Guru Promosindo, Banjarmasin
Bisa diceritakan bagaimana proses perjalanan usaha Bapak?

Singkat cerita, semasa kuliah banyak kegiatan yang saya geluti di berbagai organisasi, demikian dengan tanggung jawab yang dibebankan kepada saya, yaitu bagian publisitas/promosi kegiatan dan sponsorship. Saya mempelajari bebagai bentuk media untuk promosi yang dipakai, baik itu cetak offset, sablon atau digital printing. Banyak dari kegiatan yang menggunakan media tersebut, dan menjadi tanggung jawab saya dalam pengawasan produksi dan memastikan selesai sesuai waktu dan hasil yang diinginkan. Dari sanalah kedekatan terjalin dengan vendor.

Bagaimana perjalanan dari bahan mentah menjadi barang jadi, akhirnya saya ketahui dan pelajari satu persatu. Dengan modal networking dan kepercayaan, saya sering berkutat dalam urusan desain dan saya sendiri juga yang mengurus produksinya.

Tentunya dengan perhitungan harga yang kompetitif, tidak ‘mencekik’. Saya banyak memangkas biaya produksi, menjadi lebih hemat dan cepat. Bahkan kadang berburu bahan kain sisa yang bisa dimanfaatkan menjadi kaos. Ini juga saya lakukan pada material kertas, dari kertas sisa, saya dapatkan banyak ukuran yang bisa saya manfaatkan menjadi ukuran yang diinginkan.

Dari situ, maka bisnis kecil-kecilan berjalan, skill desain grafis mulai meningkat seiring dengan permintaan dan bantuan teman-teman dari jurusan advertising dan dasar desain grafis yang diberikan di pelajaran kuliah. Momen semester pendek yang tidak saya ikuti, saya manfaatkan untuk menjadi sukarelawan di tempat vendor kenalan saya, dengan kompensasi makan siang dan ilmu yang didapatkan. Hal itu sudah sangat berharga bagi saya sebagai mahasiswa dari luar Yogyakarta.

Alasan Bapak memulai usaha di Banjarmasin?

Kisah ini dimulai saat kepulangan saya ke Banjarmasin di waktu libur semester, dan pada waktu libur hari raya Idul Fitri. Saya melihat adanya sebuah peluang. Karena perusahaan cetak di Banjarmasin sangat sedikit, rentang harga jasa percetakan masih lebar dengan margin yang menjanjikan.

Ada keinginan saya untuk menawarkan jasa produksi kepada mereka untuk membuka percetakan di Banjarmasin. Tentunya kepada mereka yang tidak memiliki mesin cetak offset besar atau ukuran mesin cetak tertentu. Saya tawarkan makloon yang pada saat itu merupakan profesi yang sangat jarang di Banjarmasin.

Dengan modal yang seadanya, usaha dimulai di rumah saya di Banjarmasin, dibantu distribusi oleh saudara dan rekan ke tempat pemesan. Dengan adanya penerbangan yang ‘direct’ langsung ke Banjarmasin dari Yogyakarta sangat membantu mempercepat distribusi. Sehari sampai, melalui kerjasama cargo yang saya bangun. Tidak lain berkaitan dengan budget rekanan, ada juga yang minta melalui ekspedisi.

Saya menerima banyak permintaan yang biasanya tidak bisa dilakukan di Banjarmasin, dan waktu kerja yang mepet karena antrian cetak dan proses finishing. Produksi yang saya lakukan adalah one post production, dari pembelian kertas, pengantaran ke tempat cetak, potong, finishing laminasi, pond, hot print.

Sedangkan di Banjarmasin masih jarang sekali proses finishing tersebut. Kalau ada pun, antri juga. Pasar menjadi menarik, dan nama saya pun mulai dikenal di kalangan pengusaha percetakan di Banjarmasin. Dengan modal laptop dan handphone, saya lakukan pekerjaan dengan menerima e-mail job order dari rekanan di Banjarmasin.

Bisa Bapak ceritakan bagaimana Restu Guru Promosindo, hingga seperti sekarang?

Dengan menjual Semua yang dimiliki untuk modal usaha. Membeli 2 komputer bekas, 1 laptop bekas, 2 printer Canon 2770, dan Epson ukuran A3. Untuk merchandising, seperti alat pembuat pin, mug, dan cutting sticker bekas. Perjalanan usaha di bulan ketiga, saya mulai mempersiapkan investasi yang menurut saya sangat besar pada kondisi saya saat itu, sehingga harus berhutang.

Saya harus rela melepaskan 2 buah sepeda motor kesayangan dan perangkat yang berkaitan dengan modifikasi sepeda motor. Dana akhirnya bisa terkumpul. Tapi masih kurang sekitar 85 juta rupiah, maka dengan penuh resiko saya lakukan pinjaman di bank dengan jaminan BPKB mobil Suzuki APV milik orang tua.

Saya mohon izin untuk meminjamnya dengan target satu tahun peminjaman. Sungguh terasa untuk persiapan tempat produksi, semen dan porselen, saya cicil per box. Bahagia ketika melihat ruang produksi, rampung. Dengan target pasar utama di digital printing outdoor, berjalan dengan lancar.

Di bulan kesembilan, saya berancang-ancang untuk investasi mesin indoor di tahun kedua usaha. Mesin indoor menjadi primadona karena di Banjarmasin, investasi di mesin cetak tersebut terbilang masih jarang, dan pasar dalam radius 25 km, kami kuasai karena dukungan teknologi cetak yang baru. Alhasil investasi saya lanjutkan ke mesin docu colour A3+.

Tahun ke-3 membuka cabang baru di Martapura dengan kelengkapan mesin outdoor, indoor. Setahun berikutnya saya menambah investasi baru yaitu mesin laser cutting. Dan untuk di pusat, saya tambahkan mesin outdoor teknologi terbaru. Jadi total ada 3 unit outdoor, dan 2 unit indoor yang kami miliki. Martapura berjarak sekitar 20 km dari lokasi pusat di Banjarbaru, landasan ulin.

 

Restu Guru promosindo

Bagaimana iklim cetak di Banjarmasin? Prospek ke depannya dan peluang marketnya?

Peluang pasar di Banjarmasin sangat menarik, harga masih 30-40% diatas perbandingan pasar di pulau jawa. Peluang semakin tinggi pada bidang media creative, seperti contohnya pembuatan sign yang lengkap dengan tiang, panel, dan sebagainya. Atau seperti pemuatan plakat, sign name, lengkap dengan panel, sticker dan pemasangannya.

Harga menjadi bias, dan konsumen maunya jadi satu paket, maka nilai jasa yang terjadi akan lebih tinggi daripada harga produksi standarnya. Opsi pembuatan di tempat lain menjadi rendah, karena perhitungan efektivitas, dari segi waktu dan konsultasi media.

Pasar lain terjadi yaitu blocking sticker body motor, dengan digital printing indoor berikut dengan pemasangannya, ini cukup ramai. Nilai jasa menjadi sangat tinggi, bisa mencapai 300%. Ini bisa dikatakan trend industri digital. Seperti branding mobil promosi.

Di wilayah kami harga jasa pemasangan masih tiga kali lipat diatas cost produksi. Pada akhirnya kami berkembang merambah kepada jasa pembuatan media advertising. Iklim pasar masih mendukung, dengan penyetaraan harga terkoneksi antar percetakan. Harga amatir dan umum masih dijaga dalam persaingan yang sehat.

Anda mau tahu peluang cetak offset di Banjarmasin? Perhatikan saja di cargo pesawat, dan ekpedisi di pelabuhan Martapura. Berton-ton barang cetak yang masuk tiap hari. Gampang, kan. Minat untuk industri offset pasti tinggi, karena menimbang peluang dan asset untuk investasi masih tinggi.

Coba bayangkan, untuk sebesar Kalimantan selatan, supplier kertas baru ada 3 tempat. Kalau stok habis, bingung semua. Gelombang laut tinggi, persedian menipis, enggak ada yang berani stok jumlah besar. Pemain offset kecil dibawah 20 unit bisa dihitung, dan yang memiliki kelengkapan dan managerial industri yang baik cuma satu tempat. Perlu diketahui, tempat pembuat CTP semua disuplai dari pulau Jawa, selain satu perusahaan besar tersebut.

Iklim cetak offset di Banjarmasin tidak seperti di pulau Jawa, yang memiliki banyak toko kertas, ada tempat pemotongan terpisah, ada percetakan yang hanya menerima jasa cetak saja, tempat finishing rumahan terpisah, ada spesialis hot print, sungguh seperti sebuah surga cetak. Seperti daerah Kalibaru, Benhil dan Jalan Pramuka di Jakarta, atau daerah Taman Siswa, Yogyakarta.

Di Kota Banjarmasin memang ada daerah percetakan, namanya gang Penatu, namun disana hanya ada teknologi mesin toko, dan ada satu unit mesin cetak offset ukuran 52, yang lain lebih banyak pemain sablon dan cetak konvensional.

Untuk daerah Banjarbaru, Martapura masih sangat berpeluang bagi investor kertas dan perlengkapan cetak. Namun untuk membangunnya di saat ini harus berinvestasi sangat besar, karena perlu memiliki semua alat kelengkapan offset, kebutuhan operator disetiap mesinnya yang ahli dalam perawatannya pula. Salah satu rusak dan tidak berjalan, maka satu rangkaian cetak tidak berjalan. Belum lagi menunggu pasar yang harus terbangun, harus benar-benar kuat modal untuk bertahan.

Tapi saya optimis, kalau sanggup, maka pasar cetak di Banjarmasin yang biasa sub order cetak ke pulau jawa, akan beralih.

Restu Guru promosindo
Jl. A. Yani, Sungai Baru, Kec. Banjarmasin Tengah, 
Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70122