Grogol Jaya Digital Network Solution, Salah Satu Percetakan Kenamaan di Grogol
Beralamat di Jalan Dr. Muwardi II/12 Grogol, Jakarta Barat. Grogol Jaya merupakan perusahaan percetakan yang dimulai sejak tahun 1974 dan resminya didirikan pada tahun 1979. Perjalanan Grogol Jaya cukup unik, karena inspirasi muncul saat sang pendirinya yaitu Bapak Sarwono Sardjono seringkali memperbaiki mesin-mesin fotokopi Pak Soeseno Boenarso, pemilik Subur printing. Maklumlah, sebelum buka usaha sendiri, Pak Sarwono adalah teknisi PT Asaba. Bertahun-tahun beliau menggeluti service dan maintenance mesin fotokopi. Rupanya secara tidak langsung, ilmu pengetahuan dan pengalaman bisnis Pak Soeseno Boenarso terserap.
Pak Sarwono memberanikan diri untuk resign dari Asaba dan memulai usaha sendiri dengan membeli tiga buah mesin fotokopi bekas, merk U-Bix. Kemampuan di mesin, sangat membantunya, sehingga walau Ia membeli dalam keadaan bekas, mesin-mesin tersebut bisa tetap beroperasi dengan baik. Berkat doa dan usaha yang gigih, perlahan tapi pasti, Grogol Jaya terus berkembang. Dari mulai pengadaan cetak offset di tahun 1984, kemudian mulai merambah ke dunia digital printing sejak tahun 2004.
Grogol Jaya melakukan pengembangan divisi offset di daerah Pulogadung dengan nama Multigraph offset printing, perluasan dan perubahan konsep perusahaan dengan tema Digital Network Solution.
Mesin printing yang saat ini digunakan oleh Grogol Jaya adalah 1 unit Fuji Xerox Iridesse Production Press, 1 unit mesin HP Indigo 5600, 2 unit Konica Minolta terbaru, beberapa unit mesin fotokopi Canon, 1 unit mesin UV flatbed Oce, laser cutting Trotec, beberapa unit digital printing large format outdoor buatan China, dan mesin digital cutting table merk Esko Kongsberg XN.
Redaksi mewawancari manajemen Grogol Jaya, seputar konsep usahanya, ruang lingkup bisnis dan berbagai opini tentang mesin pilihannya :
Mengenai Trend dan Strategi Pemasaran
Trend bisnis percetakan saat ini, terutama digital printing, banyak percetakan membuka cabang printshop. Bahkan juga ada yang menggunakan sistem franchise. Nah, bagaimana dengan Grogol Jaya? Apakah menggunakan strategi yang sama?
Sementara ini, Grogol Jaya hanya terpusat di Jl Dr.Muwardi II/12, Grogol. Dulu, sebenarnya kami pernah punya banyak cabang. Seperti di Bendungan hilir (Benhil), Salemba, Lebak bulus, dan Pondok Labu, Cuma saat itu, usaha kami menjadi tidak fokus. Malahan, terus terang, jadi tidak terkontrol. Akhirnya kami memfokuskan untuk pengembangan di Grogol Jaya dulu.
Percetakan offset milik Grogol Jaya, mengapa namanya berbeda?
Sebetulnya kami mengambil alih percetakan lama, dimana pemilik sebelumnya kebetulan masih family. Lalu kami sepakat menggunakan nama PT Multigraph Print untuk percetakan offset kami tersebut. Lokasinya di daerah Pulogadung dengan 4 unit mesin cetak offset.
Bagaimana strategi pemasaran Grogol Jaya selama ini?
Setelah memutuskan untuk fokus pengembangan di Grogol, kemudian kami memutuskan perlu adanya produk unggulan. Sebenarnya ini juga beranjak dari market yang ingin kami kembangkan di luar printing. Jadi kami tidak hanya melulu melihat market dari harga cetak saja. Karena seperti kita ketahui, kalau hanya melihat dari sisi tersebut, terus terang saat ini harga ongkos cetak, banting-bantingan. Kalau mencetak A3+ semua orang kan bisa. Saya berpikir, mesti ada sesuatu yang lain yang bisa menjadi andalan. Kebetulan, sebelumnya Grogol Jaya sudah punya mesin flatbed keluaran dari Oce. Banyak customer yang kemudian menanyakan, bisa bikin packaging, enggak? Bisa bikin display, enggak? nah, dari situlah kami coba kembangkan lagi.
Mengenai Teknologi Cetak dan SDM
Bisa diceritakan fokus utama printing-nya Grogol Jaya saat ini, Pak ?
Untuk sektor mesin cetak utama, order-order document dikerjakan oleh docupress Konica Minolta. Order banner dan wide format dikerjakan mesin large format made in China dan cetak flatbed oleh Oce Arizona. Untuk order-order long run, kami kerjakan di mesin-mesin Heidelberg Speedmaster di percetakan offset kami, Multigraph. Disana juga ada mesin Speedmaster 52 terbaru yang baru kami instal. Nah, untuk order-order komersial short-run, di bulan dan tahun yang sama dengan pemasangan Esko, kami juga menggunakan Fuji Xerox Iridesse dan HP Indigo 5600 digital press untuk produksi on-demand.
Bagaimana dengan Sumber Daya Manusia di Grogol Jaya?
Kita berusaha untuk mengembangkan budaya perusahaan dengan pelayanan terbaik. Karena karyawan juga harus peduli terhadap segala perkembangan yang terjadi. Bagaimana cara melayani customer dengan mengacu pada slogan “STAR” yang dikembangkan di Grogol Jaya kepada para karyawannya. S = Service prima, T = Terampil dan handal, A = Akurat dan bertanggung jawab, R = Ramah dan jujur. Total karyawan Grogol Jaya saat ini ada 60 orang.
Mengenai Order dan Harga
Bagaimana pendapat Bapak mengenai persaingan harga? Sebenarnya acuannya kemana selama ini?
Ini semua kembali kepada market. Di harga berapa, sebenarnya pasar bisa menyerap (absorp). Kita boleh saja memiliki banyak teknologi. Tetapi bila kita tidak bisa jual, bagaimana?
Menurut klasifikasi dari kami, Grogol Jaya merupakan salah satu pemain besar digital printing. Selama ini para pemain pemula atau pemain kecil mengacu harga kepada para pemain besar. Yang kemudian terbentuklah menjadi harga pasar. Nah, Grogol Jaya sendiri bagaimana menentukan harga?
Pertanyaan yang gampang, tapi jawabannya sulit, ha..ha..ha. 60% market share kami selama ini dari customer retail memang masih terjadi perang harga. Sedangkan 40% adalah order corporate. Bahkan beberapa customer dari corporate sudah menggunakan sistem online. Kami menentukan harga yang berbeda antara corporate dan retail (walking customer). Untuk harga corporate, memang tidak bisa dikatakan terlalu murah. Karena bukan cuma ongkos cetak saja yang kami sajikan. Tetapi juga berkaitan dengan service-service lainnya. Antar jemput, konsultasi desain, warna, dan lain-lain. Sedangkan untuk order retail, kemanapun akan mencari harga yang murah. Ini terjadi dimana saja, tidak hanya di Grogol saja. Di Kalibaru atau Benhil sama. Pada dasarnya semua percetakan akan mencari market seluas mungkin.
Klasifikasi market saat ini memang masih abu-abu atau bias. Market kami ya seperti ini. Yang menurut kami, market kami sudah baik, belum tentu baik pula bagi pemain lainnya. Harga dari kami bisa agak miring kepada broker. Biasanya order-order dari broker tidak terlalu banyak tuntutan, walau quality control tetap kami jaga. Sedangkan tuntutan kualitas dari corporate memang sangat tinggi. Bisa dikatakan order premium.
Seandainya ada order corporate, misalnya dari perbankan. Ingin membuat display dengan menggunakan Esko Artwork. Apa yang mesti dilakukan pelanggan?
Kalau sudah bicara tentang order corporate dengan tuntutan yang begitu tinggi dan kualitas yang premium, terus terang, harga kami pun menjadi premium juga. Karena apa? Escort yang kami sudah lakukan pun jauh lebih tinggi dan usahanya lebih keras. Sehingga ini berbanding lurus dengan harga. Tapi terkadang, ada customer datang minta dibuatkan display apa adanya, yang penting display-nya itu bisa berdiri. Tentunya dengan permintaan customer seperti ini, harga bisa lebih murah, bukan? Tetapi karena kita sudah terbiasa mengerjakan sesuatu yang premium, akhirnya pekerjaan kami tetap bagus. Customer pun merasa puas. Harga pun akan di-apresiasi customer lebih baik dengan sendirinya.
Bila dari daerah ingin membuat Display, Partisi atau Point Of-Purchase (POP), memang tidak bisa hanya dibicarakan via telpon atau email saja. Tetapi tidak perlu juga harus datang. Yang terpenting adalah data detail order. Sehingga kami bisa memberikan solusi yang tepat. Karena sebelum mengerjakannya, banyak usaha yang harus dilakukan kami. Seperti contohnya; Mesin Esko memiliki software Artios CAD. Dengan software ini desain display itu kita bedah dulu, sehingga menjadi bangunan display yang bisa kita rakit dengan mudah nantinya, tidak gampang copot atau ambruk saat terpasang. Ini yang perlu dibicarakan.
Apa pengalaman menarik Bapak selama berkarir atau usaha ?
Saya sempat bekerja menjadi sales di Kodak Indonesia selama 5 tahun (sekitar tahun 1998 sampai 2003). Kebetulan disana saya meng-handle divisi motion picture. Yaitu pemasaran film seluloid yang digunakan untuk rekaman siaran televisi dan film layar lebar. Saya bahkan sempat merasakan menjadi sopir mobil box dadakan. Waktu itu tugas saya sebagai sales, yang harus memenuhi kebutuhan dimanapun customer berada. Dan kebetulan, sempat kekurangan sopir. Saya sangat bersyukur mendapat pengalaman bekerja di Kodak. Saya jadi sangat mengenal production house, advertising agency yang kini menjadi market usaha cetak saya.
Seiring era digital dan online. Chemical untuk fotografi pun yaitu seperti silver halide, sekarang sudah semakin mahal dan harga photo papernya makin tidak kompetitif. Alhasil studio foto semakin sedikit. Karena pekerjaan saya dulu, saya juga kenal banyak toko foto. Toko-toko foto sekarang, mau tidak mau harus mengikuti perubahan. Kini, pemain foto pun sudah mulai beralih ke teknologi digital printing seperti Konica Minolta, HP Indigo, atau Epson. Bahkan sekarang Ricoh pun sudah masuk. Sudah banyak toko foto yang berani investasi mesin-mesin tersebut. @