Hendri Roy (Owner Royindo Pratama Mandiri), Sukses Membangun Bisnis Sublimasi Printing
Ada sebuah perusahaan percetakan yang sudah melayani banyak order dari luar negeri, namanya Royindo Pratama Mandiri (RPM) (https://royindopratama.com/), sebuah perusahaan besar yang melayani jasa cetak sublimasi untuk berbagai kebutuhan apparel seperti pakaian olahraga (jersey), hijab, jaket, dan sebagainya yang berlokasi di Bandung, tepatnya di jalan Sadang 68, Margahayu. Pemiliknya adalah Hendri Roy. Pria berdarah Singkawang, Kalimantan, berusia 37 tahun.
Awalnya tidak pernah terbayangkan bagi Hendri bahwa jalan hidupnya akan membawa dirinya pada dunia textile printing, karena sebenarnya impiannya setelah lulus sekolah adalah bekerja di luar negeri. Sayangnya, beberapa negara telah Ia coba, tetapi berujung kegagalan. Akhirnya daripada tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, Hendri pun melamar menjadi karyawan di perusahaan tekstil dan langsung diterima. Ini menjadi langkah awal dari kesuksesannya di dunia printing tekstil, karena semua ilmu tentang dunia garmen didapatnya dari pengalaman bekerja di perusahaan tekstil tersebut. Di awal bulan Oktober 2019 lalu, Redaksi Print Graphic mengunjungi pabrik RPM dan mewawancarai Hendri Roy di kantornya.
Apa tantangan yang Bapak rasakan selama bergerak di bidang sublimasi printing?
“Dalam sublimasi printing, itu kita harus selalu kreatif. Kalau kita diam saja, statis dalam berbisnis, maka bisnis kita bisa mati. Sehingga kita harus selalu berpikir dinamis. Begitu banyak varian dan sangat kompleks. Misalnya untuk bahan baku kainnya saja begitu banyak permasalahannya. Beda pabrik, beda kualitasnya itu sudah pasti. Ini satu pabrik, satu jenis bahannya saja bisa berbeda-beda. Bahkan dalam satu roll kain, di awal roll, tengah, dan akhir gulungan, kualitasnya bisa berbeda dan customer tidak mau tahu. Kita harus pertanggung jawabkan semuanya pada customer. Ini salah satu tantangannya. Selama ini terus saya pelajari.”
Perlu proses berapa tahun dari awal ?
“Usaha printing kain ini tidaklah mudah. Saya mengalami jatuh bangun. Saya membutuhkan proses selama 9 tahun dari awal mula buka usaha di tahun 2010. Awalnya dari jual kain, cari selisih, sempat naik omzet luar biasa, tetapi tidak lama kemudian menurun drastis. Lalu, saya mencoba untuk bisnis konveksi tetapi tidak berjalan dengan baik juga. Akhirnya, saya menemukan jalan yang terbaik di dunia printing di kain. Ini karena dulu saat masih kerja di pabrik kain, saya senang mengedit foto pernikahan. Jadi bisnis sampingan, untuk mencari tambahan. Karena hobi itu, jadi sudah biasa bermain dengan warna. Disitulah, saya mengkombinasikan bakat saya tersebut dengan teknik digital printing textile. Dari proses selama beberapa tahun tersebut, saya akhirnya sadari bahwa jalan terbaik dalam usaha adalah Teamwork yang baik.”
Bagaimana rencana pengembangan industri digital textile printing RPM?
“Industri digital textile printing akan semakin maju pesat. Banyak hal yang harus dijaga dalam konsistensi kualitas dan kecepatan pelayanan. Termasuk peremajaan mesin. Kita harus update terhadap perkembangan teknologi. Intinya kita bikin kaya supplier, ha.. ha.. ha..
Selain sublimasi printing, direct to fabric akan semakin berkembang. Kemungkinan RPM akan merambah kesana juga.” @