Dunia segera memasuki tahun 2023, dan dunia printing pun masih bergelut untuk bangkit dari dampak COVID-19. Lembaga survei dunia, Global Trends melakukan Survei Dampak Bisnis COVID-19 selama dua tahun terakhir. Seperti sebelumnya, penelitian melihat persepsi dari banyak eksekutif industri ini di seluruh sektor, baik produsen mesin cetak (OEM), channel partner (supplier, retail, sub-dealer, dll) dan print service provider (percetakan) dalam menghadapi dampak pasca pandemi COVID-19 pada bisnis mereka.

Laporan Global trends menyertakan perbandingan dengan tiga survei sebelumnya, yang terakhir dilakukan pada November 2022. Survei terbaru ini mengungkapkan bahwa, meski banyak yang terus berjuang menghadapi dampak pandemi, terdapat pengakuan yang kuat akan perlunya perubahan dan inovasi. Tetapi bayang-bayang resesi sepanjang 2023 terus menghantui. Apalagi China masih terus melakukan lockdown secara ketat.

Dari krisis muncul peluang

Mayoritas responden (81%) saat ini melihat pasca pandemi sebagai peluang untuk mendorong inovasi dalam organisasi mereka, dengan 38% setuju bahwa hal itu dapat mengarah pada merger atau akuisisi. Secara keseluruhan, 71% berharap melihat konsolidasi pasar dalam 12 bulan ke depan, naik menjadi 84% di antara OEM itu sendiri. 62% responden percaya bahwa memperkuat aliansi akan sangat penting untuk masa depan OEM, sementara 86% percaya bahwa ekosistem digital yang berkembang penting antara saat ini dan 2025.

Ada kebutuhan mendesak untuk transformasi industri. Beradaptasi dengan model yang berdasarkan pada layanan adalah tantangan utama. 61% menyatakan bahwa tantangan terbesar adalah beralih dari model yang berpusat pada produk ke model yang dipimpin layanan (72% OEM; 55% channel partner), diikuti oleh 49% yang peduli dengan adaptasi terhadap ancaman dari bidang teknologi yang berdekatan (52% OEM ; 47% channel partner). Responden menyatakan bahwa menumbuhkan budaya inovasi adalah masalah utama.

Industri printing tentu saja masih merasakan dampak pandemi. Meskipun secara umum, sentimen positif tentang masa depan,  masih lebih banyak terlihat dibanding yang mengalami kolaps. 68% responden menyatakan bahwa pandemi berdampak kritis (3%), signifikan (46%), atau terbatas (19%) pada bisnis mereka. Namun, penurunan dari 84% pada tahun 2020 terus menanjak kembali di tahun 2022, menunjukkan bahwa industri printing menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun lambat.

Pendapatan diharapkan mulai pulih. 55% responden mengharapkan pertumbuhan pendapatan yang kuat atau sangat kuat untuk tahun 2023/224, dengan 27% lebih lanjut mengharapkan mereka tetap stabil.

Volume cetak ritel sampai saat ini terus menunjukkan penurunan. 85% responden menyatakan bahwa mereka telah melihat penurunan volume cetak yang signifikan atau marjinal. 53% dari semua responden tidak memiliki atau tidak terlalu yakin untuk melihat volume cetak pulih ke level sebelum COVID-19. Hanya 26% yang yakin volume cetak akan kembali ke level sebelum Covid, menunjukkan bahwa kepositifan seputar pertumbuhan pendapatan di masa depan harus dikaitkan dengan diversifikasi, daripada kembali ke status quo sebelumnya. Sayangnya, resesi membayangi dan ini mempersulit lagi keadaan.

Layanan berbasis cloud dianggap sebagai sesuatu yang hot. 91% responden berharap melihat permintaan yang lebih besar untuk alur kerja digital berbasis cloud, dengan 81% mengharapkan permintaan yang lebih besar untuk manajemen cetak berbasis cloud.

Ancaman terhadap market place memang membayangi lini tersebut. Hampir setengah dari responden  khawatir tentang perpindahan pelanggan ke pembelian online. 45% responden  menyatakan bahwa mereka agak khawatir dengan peningkatan penggunaan pasar online B2B seperti contohnya Amazon yang mengembangkan usaha printing sendiri walau belum terlampau menonjol. @