Kevin Osmond : “Printerous Adalah Platform Bagi Printing Partner”
Sebenarnya Kevin Osmond bukanlah orang yang sudah lama bergerak di dunia printing. Bahkan awalnya, Ia sama sekali awam dengan dunia grafika. Ia lulusan Teknik Informatika. Saat diwawancarai Print Graphic beberapa waktu yang lalu, Kevin bercerita bahwa setelah menyelesaikan kuliahnya, Kevin memberanikan diri untuk terjun langsung ke dunia bisnis dengan menyewa lantai atas sebuah ruko. Dengan hanya bermodalkan sebuah komputer dan meja. Keterbatasan dana ketika itu tidak mengurangi semangat Kevin untuk terus mengembangkan usahanya.
Awal bisnis yang dibangun Kevin pun bukan pencetakan, melainkan IT Agency. Selama 7 tahun berkecimpung di dunia tersebut, Kevin merasa bahwa bisnisnya tidak terlalu berkembang. Ia kemudian mengalihkan usahanya ke online business. Beberapa situs bisnis telah dibantu olehnya, seperti Filmoo, Fimela, Tiket.com, dan Bouncity.
Sampai akhirnya, perjalanan waktu mempertemukan kembali dengan temannya, seorang fotografer dan pengusaha bidang percetakan ternama di Indonesia. Bersama kedua temannya tersebut, Kevin Osmond akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah start up business bidang percetakan yang diberi nama Printerous. Ini terjadi di tahun 2012. Saat itu web to print mulai eksis di global market printing dunia. Printerous saat itu dimulai dari bisnis cetak foto instagram.
Melalui Printerous, Kevin memadukan kemampuan sebagai agency IT (web developer, e- commerce) dan pengalamannya membantu pengelolaan online business perusahaan-perusahaan start up. Ia memangkas kerumitan end user dalam memenuhi kebutuhan terhadap produk-produk cetak. Pangsa pasar cetak memang besar, terlebih di Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar.
Sebuah proses yang sebenarnya sudah dikemas sedemikian ringkas oleh percetakan-percetakan masa kini dengan sistem ritel, dimana order-order cetak bisa dikerjakan secara print on-demand langsung dengan proses antrian, oleh Kevin Osmond dipermudah lagi dengan memanfaatkan basis online. Sehingga end-user tidak lagi perlu repot pergi ke lokasi percetakan, tidak perlu lagi harus mengantri lama dan menghabiskan waktu di percetakan.
Semua dilakukan oleh Printerous. Dari order sampai mendesainnya dilakukan secara online. Lalu, pengerjaan produksi dilakukan Printerous dengan menyerahkan ke percetakan-percetakan rekanan yang telah ditunjuk . Tentu dalam hal ini, percetakan-percetakan yang memiliki kualifikasi yang baik dan harga yang kompetitif. Terakhir, tentunya pengiriman sesuai waktu yang diinginkan oleh end-user.
Di awal tahun 2017, Printerous memperoleh investasi sebesar US$ 1,4 juta atau setara Rp 20 milyar dari Golden Gate Ventures (Singapore) dan Sovereign’s Capital (Amerika Serikat), kemudian dari investor lokal, group bisnis Gunung Sewu Kencana.
Menurut Kevin, percetakan Indonesia itu over capacity. Bahkan banyak percetakan yang mesin-mesinnya tidak beroperasi setiap hari, karena ordernya banyak yang sepi, order tidak merata atau hanya menerima order-order proyek saja. Operator mesin bekerja hanya untuk bersih-bersih mesin, padahal seharusnya percetakan itu mesinnya beroperasi terus tanpa henti, seperti pabrik. Apalagi percetakan di Indonesia ada lebih dari 5.000 percetakan. Betapa sengitnya persaingan. Kemudian, percetakan juga bersifat local business. Kalau ingin mengembangkan usaha, harus menambah cabang. Itu artinya harus menambah mesin. Masih banyak percetakan yang masih sangat manual. Percetakan yang sudah computerised masih sangat sedikit.
Printerous memiliki cara pandang dalam menjalankan bisnisnya. Kevin tidak berminat untuk investasi mesin. Ia lebih suka membawa order cetak dan bekerjama dengan berbagai percetakan-percetakan yang sudah ada. Kini Printerous sudah memiliki 182 mitra percetakan.
“Printerous sebagai platform bagi para printing partner. Banyak percetakan yang mengaku semua serba bisa.Tetapi setelah dicek ke lokasi, tidak sesuai. Sehingga spesifikasi sangat penting bagi Printerous. Sehingga memang tidak semua percetakan bisa kami pilih sebagai mitra. Karena pertimbangan spesialisasi itu tadi, kemudian harga dan kecepatan menjadi pertimbangan utama lainnya,” ujar Kevin Osmond. @