kreasi prima printing

Kreasi Prima Printing adalah perusahaan yang bergerak di bidang Cetak Offset dan Desain grafis. Berdiri sejak tahun 1999, memfokuskan diri sebagai perusahaan pemasok alat tulis kantor dan percetakan.  Awalnya, Kreasi Prima merupakan perusahaan dagang. Kemudian, PD Kreasi Prima mengembangkan diri menjadi PT Kreasi Prima Printing. Perusahaan ini didirikan oleh H. Dede Sulaeman dan Hj.  Rita Silviana Kartini, pertama kali menjalankan usaha cetaknya di Jalan Lontar Atas Tanah Abang, Jakarta Pusat dengan modal 1 mesin GTOV 2 warna.  Didukung dengan komitmen yang kuat untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan, membuat PT.  Kreasi Prima Printing mendapat dukungan dari beberapa perusahaan besar, seperti Departemen Penerangan, Bank Indonesia, PT Telkomsel, PT Astra Internasional, Ibis Hotel Group.  Inna Hotel Group, Bank Mandiri, dan lain-lain.

Sampai saat ini, PT Kreasi Prima Printing memiliki pelanggan yang loyal dari sejak 14 tahun yang lalu.  PT Kreasi Prima Printing kini beralamat di jalan Pondok Bambu Batas No.57 Duren Sawit Jakarta Timur, menempati area seluas 1000 m2 dua lantai dengan jumlah karyawan sekitar 80 orang.  Perusahaan ini didukung oleh armada produksi mesin cetak merk Heidelberg buatan Jerman, dari ukuran double folio hingga ukuran plano 5 warna, dan beberapa mesin finishing juga beberapa kendaraan operasional. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun dari segi ketepatan waktu. Dalam suatu kesempatan, Print Graphic mendapat kesempatan untuk mewawancarai Bapak Dede Sulaeman. Berikut ini petikannya :
Bagaimana awal usaha Bapak hingga membangun PT Kreasi Prima Printing?
Dede Sulaeman : “Saya mulai berkarier di tahun 1994 sebagai karyawan sales perusahaan.  distributor alat laboratorium di daerah Tanah Abang, Jakarta.  Wilayah pemasaran saya, adalah kawasan industri MM2000, Bekasi.  Saat itu, menyetujui alat-alat yang ditawarkan saya, banyak perusahaan yang lebih membutuhkan layanan cetak.  Setahu saya mungkin di bekasi waktu itu baru ada satu percetakan.  Karena saya tinggal di Jalan Lontar Atas, Tanah Abang, yang merupakan kawasan dimana banyak terdapat percetakan kecil disitu.  Saya pun memberanikan diri menerima pesanan cetakan sebagai lahan bisnis baru, tentu saja mengejar target penjualan alat laboratorium masih merupakan pekerjaan utama saya saat itu.”
“Namun hal ini tidak berlangsung lama.  Pekerjaan sampingan yang saya geluti akhirnya ketahuan juga oleh atasan … saya pun dipecat.  Dan karena di-PHK itulah justru menjadi langkah awal bagi saya untuk lebih total lagi untuk menjadi pengusaha.  Bersama Ayah saya, kami berdua merintis usaha pengadaan ATK dan percetakan di Tanah Abang.  Waktu itu, saya belum menikah.  Saya kenal istri saya karena menang tender, dia dulu teman kantor kakak saya. Saat itu, istri saya bekerja sebagai staf pembelian di perusahaan Korea, Nah, saya mendapatkan order cetakan darinya, Semakin lama semakin dekat, akhirnya, lama-lama saya ajak nonton dech,  hehe….  Kami menikah tahun 1996. Dikaruniai lima anak.  Empat laki-laki, satu yang bungsu, perempuan.”
Terus terang saja, awalnya saya ini calo, ya … Buka salah satu kamar di rumah Ibu saya.  Dengan modal awal sekitar 7 juta rupiah.  Kadang-kadang, ada pelanggan yang bertanya, “mesinnya mana, Pak?”  Saya jawab untuk meyakinkan mereka, “oh, ada. Di belakang.”  Padahal itu punya tetangga, ha..ha..ha
Bisa diceritakan proses berdirinya pabrik di Pondok Bambu?
Dede : “Itu berawal di tahun 1997, pesanan saya dipercaya untuk mengerjakan pesanan dari Telkomsel.  Terutama untuk kemasan-nya.  Finishingnya manual menggunakan jasa lipat dari para ibu rumah tangga dekat kantor.  Dari situlah, saya mulai mampu membeli satu mesin Heidelberg GTO dua warna bekas keluaran tahun 2000, kemudian, membeli lagi, SORM dua warna tahun 2001, lalu membeli lagi mesin GTO dua warna, kemudian di tahun 2003 saya memiliki GTO V empat warna.”
“Saat itu, semua pekerjaan masih dilakukan di Tanah Abang. Dan makin lama pesanan makin besar.  Selama buka usaha di Tanah Abang, awalnya, karyawan saya hanya satu orang, kemudian bertambah 10 orang, hingga 30 karyawan.  Saya mengumpulkan pabrik baru di daerah Pondok Bambu, setelah berniat membeli mesin cetak plano.  Mesin pertama di-instal, SM102 dua warna dan GTO V empat warna.  Dengan 80 orang karyawan, kini kami memiliki armada mesin cetak Heidelberg Speedmaster 102 – 5 warna, SM102 2 warna, SM52 – 4 warna, didukung mesin pra-cetak CTP Baru Heidelberg Suprasetter dan finishing dari Sansin, seperti mesin Spot UV Jinbao dan mesin pisau pond  Jialuo.”  
“Selain itu, saya juga membuka divisi digital printing dengan nama CV Muda Sembada.  Untuk memenuhi permintaan pelanggan untuk mencetak spanduk, spanduk, x-spanduk.  Atas tanggapan kualitas dari pelanggan yang ingin spanduk dengan kualitas resolusi tinggi, Akhirnya saya membeli mesin Mimaki JV33-160s, yang sudah diperbaiki tiga bulan ini.  dan Omzet bertambah hadirnya Mimaki, dan makin beragam jenisnya.  Saya sekarang dapat menerima pesanan banner, kaos, stiker, lalu kemarin- kemarin juga ada pesanan cetak untuk casing handphone.  Sekarang, bidang usaha yang saya jalani selain cetak dan digital, saya juga bergerak di bidang Event Organizer, usaha perijinan bea cukai dan usaha penyewaan wadah dan pengirimannya.
Kini Kami juga telah memiliki outlet digital printing yang lokasinya tepat di depan percetakan offset kami.”