Redaksi Print Graphic di Pabrik sticker Shanghai NAR, Shanghai, China

Menurut IDC Worldwide Quarterly Industrial Printer Tracker, kombinasi dari seluruh produk industri percetakan di Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan pada periode 2020 Q1. Secara faktual, market dari industri percetakan turun -49,10% dari kuartal sebelumnya dan -48,23% dibandingkan dari tahun sebelumnya. Periode terberat bagi mayoritas industri percetakan dimulai sejak Maret hingga Juni. Ketika skema leasing ditunda dan permintaan pencetakan menurun lebih dari 70%. Yang mana menyebabkan beberapa penyedia layanan cetak komersil memutuskan untuk menutup bisnis mereka dan memberhentikan karyawan mereka sementara waktu ini.

“COVID-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk bisnis percetakan. Tetapi terdapat beberapa peluang yang dapat dieksplorasi selama masa krisis ini untuk melandaikan kurva dan menghindari dampak resesi yang lebih besar,” kata Muhammad Faris Latief, Analis Pasar untuk IPDS di IDC Indonesia.

Perlu diketahui, bahwa selama krisis, terdapat pula peluang yang muncul dalam bisnis percetakan, terutama dari segmen label-packaging (L&P), printer sublimasi, dan penggunaan fasilitas atau platform cetak online. Peluang-peluang baru ini mungkin tidak menaikkan jumlah instalasi ataupun pengiriman mesin cetak digital, tetapi dapat menjadi “oase” untuk menjaga bisnis percetakan tetap berjalan dalam periode ini.

Peningkatan Permintaan di Sektor Label & Packaging

Permintaan L&P – terutama dalam label (Adhesive maupun string label) – menunjukkan peningkatan, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan industri F&B, obat-obatan, dan rumah tangga yang tumbuh secara signifikan selama pandemi ini. Beberapa perusahaan menyatakan bahwa pekerjaan cetak dan jumlah label yang perlu dicetak tumbuh hingga 200-300% dimulai dari bulan Maret hingga Juni. Perusahaan besar khususnya yang berasal dari industri F&B dan farmasi perlu mencetak SKU barunya secepat mungkin, akan tetapi konverter label konvensional yang biasa melakukan pekerjaan cetak ini telah membatasi aktivitas mereka, sehingga para pemain industrI F&B dan obat-obatan perlu mencari alternatif cetak lainnya Digital L&P adalah satu-satunya pilihan.

yang masuk akal untuk menyelesaikan pekerjaan pencetakan skala menengahnya, karena mesin Digital L&P dapat menyederhanakan alur kerja dan proses pencetakan label – mencetak lebih cepat daripada flexo atau rotogravure. Ini memberi momentum pada L&P digital untuk menunjukkan kemampuan mereka sebagai solusi efektif selama pandemi ini.

Mencari Peluang Baru Dari Sektor Sublimasi

Peluang lainnya datang dari printer sublimasi yang menunjukkan peningkatan signifikan walaupun permintaan dan total market secara umum menunjukkan penurunan signifikan pada kuartal terakhir. Saat ini, permintaan untuk jersey, pakaian dan home décor telah menunjukkan penurunan. Sebaliknya, permintaan untuk masker dengan bahan kain polyester sempat menunjukkan peningkatan signifikan – terutama masker jenis scuba. Walaupun, belakangan mendapat larangan penggunaan masker scuba oleh pemerintah. Permintaan tinggi terhadap sablon digital dapat menjadi alternatif selama krisis, dan memberikan pendapatan alternatif bagi penyedia layanan cetak dan cetakan komersial untuk terus menjalankan bisnisnya dan menjaga cashflow selama pandemi.

Penggunaan Platform Cetak Online

Saat ini, orang-orang yang ingin mencetak – untuk menghindari dan meminimalkan kontak langsung -memilih untuk menggunakan platform cetak online. Platform populer saat ini adalah Uprint & Printerous. Platform tersebut menyediakan perincianproduk, konsultasi gratis, dan fitur web dengan opsi drop file untuk untuk proses yang lebih cepat. Hasil atau produk pencetakan ini kemudian akan dikirim langsung kepada pengguna platform ini menggunakan layanan logistik pihak ketiga.

“Penggunaan Platform online ini menunjukkan perilaku baru dalam industri printing. Kolaborasi teknologi antara digital dengan analog, beradaptasi dengan kondisi terkini dan membaca peluang baru adalah kunci untuk bertahan pada periode krisis ini dan menghadapi fase next normal berikutnya, ” tutup Faris Latief.@

Sumber : IDC Indonesia