Setelah dunia fine-art photography akhirnya merangkul fotografi warna sebagai bentuk seni dalam komunitasnya pada akhir tahun 1970, kurator museum, kolektor pribadi, dan generasi baru fotografer yang bekerja dalam cetak foto warna mulai mengajukan pertanyaan tentang berapa lama warna cetak bisa ditampilkan dan aman. Beberapa bertanya-tanya apakah cetakan Kodak Ektacolor benar-benar memudar dalam gelap? Beberapa kurator museum dan kolektor, takut investasi mereka akan terdepresiasi karena cetakan memudar, sehingga tidak berani mengumpulkan foto berwarna sama sekali.

Sekarang diketahui bahwa bahan cetak warna menunjukkan pemudaran atau pergeseran warna. Ini terlihat sedikitnya sepuluh sampai dua puluh tahun bila disimpan dalam kondisi suhu kamar dan Kelembaban udara normal, bahkan dalam gelap. Kebanyakan karya-karya koleksi museum, kini disimpan di suhu sekitar 30° F [ -1.1 ° C] dan kelembaban relatif 35%. Kondisi ini secara substansi akan meningkatkan umur cetakan. Namun, foto-foto yang sama juga memudar atau berubah warna saat dipamerkan. Foto banyak terpapar cahaya. Karena tujuan museum tidak hanya untuk melestarikan, tetapi juga menampilkan gambar yang telah dikumpulkan. Salah satu langkah pelestarian yang dilakukan oleh museum seni rupa adalah menyediakan penyimpanan pada suhu dingin (cold storage) dengan kelembaban yang dikontrol.

Sejarah Teknologi Digital Printing dan Cetak Digital Fine-Art Photography, 1991-2006

Sejarah dimulainya era digital printing fine-art-foto dan kepedulian lebih luas terhadap ketahanan cetak digital dapat ditelusuri sejak berdirinya Nash Editions di Manhattan Beach, California, pada tahun 1991. Pada saat itu, satu-satunya printer yang mampu menghasilkan kualitas tinggi, cetakan besar fotografi (hingga 34″ x 46″) pada berbagai kertas dan kanvas adalah Iris Graphics Model 3047 inkjet printer yang dibuat oleh Iris Graphics, Inc di Bedford, Massachusetts. Iris 3047, awalnya dirancang untuk proofing digital graphic art. Ini mesin yang mahal, saat itu kisaran $ 126,000. Seperti diceritakan oleh Steve Boulter, manajer penjualan nasional untuk Iris Graphics : “Iris 3047 dikembangkan untuk Marubeni Corporation dari Jepang. Bahkan, Iris membuat hingga untuk ukuran lembaran A0. Printer ini diperkenalkan pada tahun 1989.

baca artikel : Perkembangan Cetak Foto Dan Transformasinya Ke Digital Printing #eps 1

Saya mulai bekerja untuk Iris pada tahun 1988 dan kegiatan pengembangan Iris 3047 dimulai tak lama setelah itu. Marubeni adalah perusahaan seperti GE [General Electric Company]-nya Jepang. Mereka adalah konglomerat yang sangat besar, dan mereka menjadi reseller Iris. Marubeni mendanai pengembangan 3047 sekitar $ 500,000. Irish 3047 awalnya tidak dimaksudkan untuk mencetak foto bernilai tinggi dan reproduksi seni yang akan dibingkai dan ditampilkan untuk jangka waktu yang lama. Karena stabilitas cahaya jangka panjang tidak menjadi perhatian dalam bisnis proofing, set tinta berbasis dye awalnya tersedia untuk printer yang memiliki stabilitas cahaya rendah. Sebaliknya, tujuan desain adalah untuk mencetak proof Hasilnya, mereka sangat puas. Dan pada Desember 1989, Graham Nash menandatangani surat-surat untuk membeli Iris 3047. Mereka pertama kali menggunakan new 3047 mereka untuk mencetak foto mereka sendiri, tetapi Graham dan Mac segera menyadari bahwa fotografer dan seniman lainnya tentunya ingin hasil pekerjaan mereka dicetak pula oleh Iris, dan pada bulan Juli 1991 Nash membuka Doora, perusahaan fine-art photography digital printing pertama di dunia.

Perintis lainnya yang mendirikan bisnis percetakan dengan Iris 3047 diantaranya John Doe dan Maryann dari Harvest Productions di Naheim Hills, California; Jon Cone Cone Editions Press, Ltd, di East Topsham Vermont; Peter Hogg dari Pond Digital di San Fransisco, California; dan David Adamson dari Adamson Edition di Washington DC. Graham, Mac, Adamson dan para pengambil keputusan lainnya yang cukup prihatin tentang “masalah permanen,” dan itu tidak lama sebelum Jeff Ball, kepala Lyson di Inggris, dan Michael Andreottola Inkjet Amerika di Amerika Serikat , memulai pengembangan stabilitas tinta berbasis dye. Galeri, fotografer, dan seniman sangat peduli tentang kurang permanennya hasil cetak foto warna, Ini juga menyebabkan efek negatif penjualan kolektor dan museum, dan ini menjadi awal berdirinya langsung digital yang bisa cocok dengan gamut warna dan skala nada tinta yang digunakan dalam cetak offset; proof ditujukan untuk penggunaan jangka pendek.

Hasilnya, mereka sangat puas. Dan pada Desember 1989, Graham Nash menandatangani surat-surat untuk membeli Iris 3047. Mereka pertama kali menggunakan new 3047 mereka untuk mencetak foto mereka sendiri, tetapi Graham dan Mac segera menyadari bahwa fotografer dan seniman lainnya tentunya ingin hasil pekerjaan mereka dicetak pula oleh Iris, dan pada bulan Juli 1991 Nash membuka Doora, perusahaan fine-art photography digital printing pertama di dunia.

photo: Irish Graphic 3047 (sumber: exscite.org)

Perintis lainnya yang mendirikan bisnis percetakan dengan Iris 3047 diantaranya John Doe dan Maryann dari Harvest Productions di Naheim Hills, California; Jon Cone Cone Editions Press, Ltd, di East Topsham Vermont; Peter Hogg dari Pond Digital di San Fransisco, California; dan David Adamson dari Adamson Edition di Washington DC. Graham, Mac, Adamson dan para pengambil keputusan lainnya yang cukup prihatin tentang “masalah permanen,” dan itu tidak lama sebelum Jeff Ball, kepala Lyson di Inggris, dan Michael Andreottola Inkjet Amerika di Amerika Serikat , memulai pengembangan stabilitas tinta berbasis dye. Galeri, fotografer, dan seniman sangat peduli tentang kurang permanennya hasil cetak foto warna, Ini juga menyebabkan efek negatif penjualan kolektor dan museum, dan ini menjadi awal berdirinya sebuah organisasi berpengaruh tapi berumur pendek yang dikenal sebagai Asosiasi Internasional FineArt Digital Printmakers [ IAFADP] pada tahun 1997.

baca artikel : Perkembangan Cetak Foto Dan Transformasinya Ke Digital Printing #eps 2

Penulis terlibat dalam pengujian bahan-bahan inkjet baru selama periode ini dan diminta untuk memberikan data uji permanen dari image ke IAFADP untuk didistribusikan kepada anggotanya. Pada tahun 1997 Wilhelm Imaging Research ( WIR ) meluncurkan website – akses gratis, www.wilhelm – research.com, untuk tujuan penerbitan mengenai informasi ketahanan cetakan. Sebagian besar data ini juga diterbitkan oleh Digital Fine Art , sebuah majalah berpengaruh yang dikepalai Patrick Sarver, yang tibatiba berhenti setelah publikasi serangan teroris pada 11 September 2011 di World Trade Center di New York . Penerbit majalah yang terletak di Long Island dekat New York City itu, mencemaskan serangan di masa depan akan menyebabkan pasar seni runtuh dan Ia pun memutuskan untuk menutup majalah. ‘Kematian’ IAFADP itu disebabkan sebagian oleh ketegangan yang terjadi diantara anggota yang memiliki perusahaan suplier repro, cat air dan lukisan untuk pasar seni dekorasi, dan kelompok yang muncul dari anggota yang ingin mengalihkan fokus hanya untuk fotografer individu dan seniman yang ingin membuat dan memasarkan cetakan mereka sendiri.

Pada tahun 1996, Wilhelm Imaging Research menerima kontrak pertama untuk menguji bahan cetak digital dari iris Graphics, dan sejak saat itu bisnis WIR terfokus hampir sepenuhnya pada pengujian daya tahan tinta dan media untuk produsen printer inkjet, termasuk Canon, Epson, Hewlett-Packard, dan Lexmark, serta pemasok kertas inkjet fotografi, bahan kanvas, sticker, Vinyl, PET dan coating cetak. Selama periode ini sejumlah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam digital art-repro hampir seluruhnya menggunakan printer Iris 3047.