Profil Sukses Mardi Anas (Owner Percetakan Tirta Anugrah, Bandung)
Tirta Anugrah adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang digital printing paling berpengaruh di Bandung. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak Mardi Anas kini menjadi market leader di sektor percetakan retail.
Dengan total 200 karyawan, kehadirannya di dunia digital printing kota parahyangan merupakan yang terlengkap pengadaannya untuk keperluan promosi perusahaan, promosi bisnis, kegiatan pendidikan atau untuk kegiatan hiburan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dari tahun ke tahun, Tirta Anugrah terus meng-‘up grade’ mesin-mesinnya, sesuai dengan teknologi yang berkembang saat ini.
Perjalanan Tirta Anugrah berawal dari keberanian Pak Mardi (biasa Ia dipanggil) merantau dari kota kelahirannya, Padang. Di tahun 1995, Ia mencari peluang usaha di kota Bandung. Seperti halnya kebanyakan percetakan ritel lainnya, Pak Mardi memulai usaha sendiri dengan bergerak di jasa fotokopi dan perlengkapan alat tulis di Pasar Balubur, Bandung.
Gigih dalam usaha fotokopinya tersebut dan ini terus berlangsung selama tujuh tahun. Hingga kemudian di tahun 2002, Pak Mardi memindahkan tempat usaha fotokopinya. Ia memisahkan dengan usaha jualan ATK-nya yang tetap Ia tempatkan di pasar Balubur. Sementara, untuk usaha fotokopi, Ia pindahkan ke dekat kampus ITB. Di tempat baru inilah, Bapak dari dua anak ini mulai mengembangkan diri ke usaha percetakan. Dimulai dengan menginstalasi mesin Canon.
Di tahun 2009, usaha percetakan berpindah tempat lagi ke Jalan Cikapayang no.14 Bandung. Sejak buka outlet di Cikapayang-lah, Tirta Anugrah makin melebarkan sayap dengan membuka banyak cabang. Ini juga seiring trend printshop dengan banyak cabang di berbagai area bisnis dan kampus di berbagai kota besar di Indonesia.
Walaupun bukan yang pertama, Tirta Anugrah merupakan salah satu percetakan perintis penginstal Hp Indigo. Dimana percetakan lainnya masih berpikir berulangkali untuk menginstalasi HP Indigo 5500, Tirta Anugrah sudah berani memutuskan untuk memasang mesin besutan Israel yang dibanderol senilai 3 milyar saat itu (untuk tipe 5000 series).
Keberaniannya berbuah manis. Ordernya melimpah berkali-kali lipat. Dengan mesin digital press berteknologi tinggi, tentunya hal ini meningkatkan value di mata end-user. Bahkan bukan saja nilai tambah yang didapat, HP Indigo yang dipasangnya menjadi mesin primer untuk keperluan layanan jasa cetaknya.
Customer yang kebanyakan berasal dari order corporate atau ritel itu pun tidak terlalu memusingkan harga ongkos cetak yang sedikit diatas rata-rata, yang penting adalah kualitas. Apalagi bagi para mahasiswa desain yang banyak bertebaran di kota Bandung. Sehingga dari waktu ke waktu kebutuhan cetak dengan kuantitas rendah dan kecepatan waktu selesai menjadi suatu keharusan.
Kini, bukan hanya satu mesin HP Indigo 5000 series saja yang telah diinstalnya. Tirta Anugrah benar-benar menjadi customer paling potensial bagi Samafitro. 5 unit HP Indigo dari berbagai seri telah di-instalnya hingga saat ini. Diantaranya adalah seri 3550, seri 5500, seri 5600 dan seri 7500. Sehingga, Redaksi Print Graphic menobatkan Tirta Anugrah, sebagai percetakan ritel terbesar di Bandung.
Apalagi, Tirta Anugrah juga memiliki beberapa mesin offset Speedmaster. Sehingga penggabungan dengan beberapa mesin HP Indigo dan beberapa mesin Heidelberg Speedmaster menghasilkan omzet besar per harinya.
Bisa dikatakan, Tirta Anugrah telah memiliki kelengkapan. Dari mesin-mesin konvensional hingga mesin laser cutting. Termasuk juga mesin Latex dan UV printing.
Redaksi mewawancarai secara eksklusif Bapak Mardi Anas, langsung di kantornya, Tirta Anugrah cabang Jalan Cikapayang.
Menurut Bapak, bagaimana iklim dunia percetakan di Bandung dibanding kota-kota lainnya, selain Jakarta, tentunya?
Menurut saya, iklim dunia cetak di Bandung masih bagus yach. Dibanding, kota-kota lain seperti Semarang, Surakarta atau Surabaya. Bandung masih relatif bagus. Perang harga di Bandung belum terlalu tajam. Outdoor printing paling murah masih Rp 12.000,- untuk cetak di mesin Indigo, kisaran Rp 2500 – Rp 5000,-. Walaupun di daerah broker seperti di Pagarsih, harga ongkos cetak di mesin Indigo masih diatas 2000 rupiah.
Bagaimana trend pencetakan offset di Bandung?
Offset masih tetap bertahan. Pasarnya masih ada. Kalau cetakan diatas 1000 lembar, offset masih menjadi pilihan utama.
Dari ordernya sendiri, banyak mana, Pak? Cetak digital atau offset?
Kalau di cabang Pagarsih, lebih banyak order cetak offset. Kalau di cabang lainnya lebih banyak order cetak digital. Oleh karena itulah karena differensiasi harga dan pangsa pasarnya, dua percetakan saya yang berada di area Pagarsih, namanya pun berbeda, yaitu Duta Media Grafika.
Order di cabang Pagarsih lebih banyak berasal dari broker dari Bandung dan luar Bandung, seperti Cicalengka, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Subang, dan lain sebagainya.
Ada rumor yang mengatakan bahwa omzet Tirta Anugrah sekitar Rp 100 juta rupiah per hari?
hahaha… lebih kurang sich. Kadang bisa, kadang tidak tercapai. fluktuatif. Saya kira itu wajar saja karena ada 5 cabang yang beroperasi. Tapi kan anda tidak tahu, berapa biaya cicilan mesin yang harus saya bayar.