Sang Manajer Ide Bernama Layout
Saat desainer grafis atau desainer komunikasi visual berpikir guna memecahkan masalah komunikasi visual, yang terjadi, otak kanan dan otak kiri melompat-lompat bekerja keras. Realitas sosial semacam itu menjadi ciri saat sang otak mencari jalan keluar untuk menghasilkan upaya pemecahan masalah komunikasi visual yang kreatif dengan mencuatkan unsur kebaruan.
Kenapa sang otak saat berpikir memecahkan masalah komunikasi visual senantiasa melompat-lompat riang gembira? Karena jutaan syaraf lembut yang ada di dalamnya bekerja sesuai peruntukkannya. Ia bekerja sesuai stimulus yang bersumber dari imajinasi plus wawasan pengetahuan sang desainer grafis.
Semakin liar imajinasi desainer grafis, getaran kreatif jutaan serabut syaraf otak berlompatan melenting tinggi. Liarnya imajinasi sang otak tidak bisa dilepas dari tabungan wawasan bersifat verbal dan visual dari sang desainer grafis. Atas nama bertugas mencatat lompatan ide yang tidak terstruktur. Demi mendokumentasikan upaya memecahkan masalah komunikasi visual yang melibatkan keliaran imajinasi. Maka diperlukan seperangkat instrumen yang sanggup mencatat dan mendokumentasi semua gerakkan gejolak otak yang dinamis. Seperangkat instrumen tersebut dinamakan: layout, tata letak atau tata kelola elemen desain grafis.
Ketika elemen desain grafis dikomposisikan sedemikian rupa oleh sang layout, dipastikan fenomena tersebut mampu melahirkan karya desain grafis yang dapat berbicara secara dialogis dan komunikatif
TATA KELOLA DESAIN GRAFIS
Desain grafis atau desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi visual dengan membeberkan upaya pemecahan masalah komunikasi visual secara kreatif. Proses perwujudannya senantiasa melibatkan beragam media komunikasi visual.
Pengejawantahannya divisualkan dengan mengelola elemen desain grafis. Di antaranya: gambar (ilustrasi), huruf, warna dan bentuk. Seluruh unsur desain grafis tersebut kemudian dikomposisikan sedemikian rupa atas kendali tongkat komando sang layout.
Hal itu sengaja dilakukan guna menyampaikan pesan secara verbal, visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran yang dituju. Sudah menjadi rahasia umum, layout dipahami sebagai sebentuk manajemen ide. Ia bertugas mendokumentasikan dan menyusun sebuah tata kelola desain atas stimulus verbal visual. Semuanya bersumber dari sebuah brainstorming yang melibatkan otak kanan dan otak kiri. Bagi desainer grafis atau desainer komunikasi visual, layout menjadi penting.
Kepentingannya sangat strategis dalam mewujudkan tatakelola pesan verbal dan pesan visual yang unik, artistik dan komunikatif. Sebagai manajer ide, sang layout memiliki kekuatan dahsyat atas tampilan sebuah karya desain grafis. Menarik tidaknya pesan verbal dan pesan visual di bawah payung karya desain grafis, sangat tergantung pada kepiawaian akrobatik sang layout. Karya desain grafis tidak akan mati gaya jikalau desainer grafis mampu mengendalikan beragam unsur desain grafis dalam sebuah orkestrasi visual yang menawan.
Di manakah kekuatan visual pesan verbal dan pesan visual sebuah karya desain grafis? Kekuatannya dapat ditakar dari seberapa piawainya sang desainer grafis mengelola ruang, bidang, bentuk, warna, ilustrasi dan tipografi menjadi sebuah kekuatan utuh. Keutuhan kekuatan karya desain grafis hanya dapat dimunculkan manakala sang layout mampu mengaransemen dan mengomposisikan seluruh elemen desain grafis dengan baik. Ketika elemen desain grafis dikomposisikan sedemikian rupa oleh sang layout, dipastikan fenomena tersebut mampu melahirkan karya desain grafis yang dapat berbicara secara dialogis dan komunikatif. Selain itu, keberadaannya mampu menghadirkan daya ganggu yang cukup signifi kan. Dengan demikian, karya desain grafis tersebut akan cukup lama terekam dan bertengger dalam otak target sasarannya.
MISKOMUNIKASI VISUAL
Sebaliknya, saat desainer grafis menisbikan layout sebagai bagian dari upaya memecahkan masalah komunikasi visual. Pada titik itulah jagad desain komunikasi visual atau desain grafis memasuki jurang kehancuran. Kenapa demikian? Karena layout menjadi satu kesatuan utuh dengan desain grafis atau desain komunikasi visual. Artinya, lewat komando sang layout, pengelolaan pesan verbal dan pesan visual tersebut harus dapat disampaikan pada komunikan sebagai target sasaran. Jika gagal, maka proses komunikasi visual berganti baju menjadi proses miskomunikasi visual.