(17/01/2020) – Dalam sebuah program acara komedi situasi Oh Gitu di Trans TV, Percetakan Revo Printshop mendapatkan kesempatan diulas dan diwawancarai di salah satu kontennya yang disiarkan pada hari Jum’at, 17 Januari 2020. Oh Gitu adalah program Trans TV yang memberikan informasi terbaru mengenai hal-hal unik yang terjadi di keseharian kita dan masih jarang diketahui oleh masyarakat. Acara ini dibawakan oleh Aziz Gagap dan Mpok Alpa sebagai Host acara,

Revo PrintshopKonten ini tentu mendapatkan perhatian yang luas dari para khalayak terutama dari para pelaku grafika nasional. Bagaimana sebenarnya usaha printing retail yang kini menjamur di seluruh Indonesia. Usut punya usut, ternyata host dan pemandu acara mendapatkan referensi tentang Revo Printshop dari artikel di Print Graphic Magazine. Perihal ini Redaksi mendapatkan konfirmasi langsung dari sang pemilik Revo Printshop, Edy Subagiyo.

Memang tidak dipungkiri, Revo Printshop sudah seringkali diulas di Print Graphic, baik versi cetak maupun online. Di versi online sendiri, artikel tentang Revo Printshop cukup viral. Dikunjungi puluhan ribu pengunjung.  Pembaca bisa mengunjungi langsung link-nya di situs ini, https://www.printgraphicmagz.com/2019/08/26/tidak-ada-yang-instan-revo-printshop-dimulai-dari-rumah-kost-3-x-4-meter/ 

Dulu saat memulai usaha, Eddy Subagiyo, pemilik percetakan REVO Printshop, hanya punya tabungan 5 juta rupiah. Dengan uang tabungan yang ada tersebut, di bulan Oktober tahun 2005 ia membuka usaha jasa fotokopi dan printing di kawasan Bintaro Sektor 1, Tangerang. Dengan hanya bermodalkan 1 unit komputer dan 1 printer inkjet desktop serta uang cash 5 juta rupiah yang digunakan untuk menyewa kontrakan petakan. Ia sewa untuk 2 bulan, masing-masing kontrakan Rp 650 ribu perbulan.

Tempat usaha fotokopi-nya berada di samping rumah kontrakannya. Kebetulan ada kontrakan yang kosong di samping, Ia sewa lagi, kemudian dijadikan tempat usaha. Jadi, ia membayar kontrakan untuk dua kontrakan sekaligus. Yang satu untuk tempat usaha dan satunya lagi untuk tempat tinggal. Sisa uangnya untuk belanja kertas 2 rim dan perlengkapan seadanya serta cadangan cash flow.

Eddy banyak bercerita saat masa-masa awal membangun Revo, usahanya yang dilalui tidak mudah. Bahkan ia pernah kehilangan dua sepeda motor sekaligus, miliknya dan adiknya, saat diparkir di depan toko. “Dulu, di tahun 2005, belum ada cetak outdoor flexy. Jadi, saya pasang spanduk dari triplek di pinggir jalan, lalu saya ikat di tiang listrik. Sempat diledek juga oleh tetangga, “koq pakai triplek, Pak? Nanti kalau kehujanan, lapuk.”
“Ah, engga apa-apa. Yang penting tulisannya masih terbaca,” jawab Pak Edy pada tetangganya tersebut. “Saat itu usaha saya benar-benar dari nol. Belanja kertas di supermarket. Pesananan kertas belum bisa dilayani supplier karena pembeliannya masih terlalu sedikit, lalu mesin fotokopi-nya pun didapatkan secara sewa dengan pembayaran ke penyewanya dihitung per lembar.”

Revo Printshop

“Yang menyakitkan saat itu juga adalah ketika order fotokopi yang saya terima sedang banyak-banyaknya, tidak tahunya, mesin yang saya sewa itu ditarik pemiliknya karena mau dijual. Alhasil, selama dua minggu, saya menjalankan usaha tanpa mesin apa-apa. Untungnya engga lama dari situ, istri saya mendapatkan dana jamsostek dari kantornya. Saya pun langsung upayakan pembelian mesin fotokopi Canon IR secara kredit ke MCM, supplier mesin fotokopi rekondisi.”

“Kemudian, di tahun 2007, saya sewa lagi mesin fotokopi warna. Makin rame, lalu saya Saya putuskan buka cabang di area Fatmawati, Jakarta Selatan. Area tokonya kecil, ukurannya 3×4 meter. Spanduknya saja yang besar. Ternyata, responnya lumayan bagus.” 

Sering mengikuti seminar motivasi yang diadakan oleh Tung Desem Waringin, Eddy terinspirasi pada kesuksesan Tung. Bahkan nama Revo pun diusung sesuai semangat untuk berubah. Diambil dari kata Revolution yang berarti pengubah ke arah yang lebih baik secepat mungkin. Makna nama tersebut cukup mendalam baginya. Eddy yang berasal dari daerah, dimana dalam lingkungan pola pikir yang statis. Untuk itu ia bercita-cita berjuang mengubah hidup dan pola pikir yang lebih baik. Sedikit demi sedikit, hasil yang didapat digunakan untuk terus memperbesar usaha.

Seiring perjuangannya yang terus menerus dan konsisten selama bertahun-tahun, seperti yang diperlihatkan di video diatas, bagaimana Revo Printshop kini memiliki berbagai armada mesin dari mulai yang 40 jutaan hingga yang seharga 2 dan 3,5 milyar.

Revo Print Shop yang awalnya hanya dikenal di seputaran Bintaro, Rempoa, BSD, dan sekitar kawasan Tangerang, kini mengembangkan sayap dengan memiliki outlet baru di Fatmawati, Jakarta Selatan sejak 2008 dan percetakan offset di daerah Kebayoran lama.

Revo Printshop
foto bersama seusai syuting (ki – ka) : Mpok Alpa, Aziz Gagap, Edy Subagiyo dan isteri

Kini REVO Printshop sudah memiliki 3 cabang untuk retail (2 divisi Revo Printshop Production) dan 1 percetakan (Revo Printshop offset (di area Kebayoran Lama). REVO kini memiliki 180 Karyawan. Pak Edy Subagiyo menjadi inspirasi banyak pengusaha muda untuk meniru kesuksesannya dan menjadi inspirasi bagi banyak media untuk mengulas tentang kiprah Pak Edy di dunia percetakan. Sukses selalu untuk Revo Printshop. @