Tidak ada yang instan, REVO Printshop dimulai dari rumah kontrakan Petakan

Buat rekan-rekan yang baru memulai usaha fotokopi dan printing, jangan kecil hati. Ada banyak contoh, pengusaha yang sukses setelah memulai usaha fotokopi dari nol.
Salah satunya Eddy Subagiyo, pemilik percetakan REVO Printshop. Dulu saat memulai usaha, Ia hanya punya tabungan 5 juta rupiah. Dengan uang tabungan yang ada tersebut, di bulan Oktober tahun 2005 ia membuka usaha jasa fotokopi dan printing di kawasan Bintaro Sektor 1, Tangerang. Dengan hanya bermodalkan 1 unit komputer dan 1 printer inkjet desktop serta uang cash 5 juta rupiah yang digunakan untuk menyewa kontrakan petakan. Ia sewa untuk 2 bulan, masing-masing kontrakan Rp 650 ribu perbulan.

Tempat usaha fotokopi-nya berada di samping rumah kontrakannya. Kebetulan ada kontrakan yang kosong di samping, Ia sewa lagi, kemudian dijadikan tempat usaha. Jadi, ia membayar kontrakan untuk dua kontrakan sekaligus. Yang satu untuk tempat usaha dan satunya untuk tempat tinggal. Sisa uangnya untuk belanja kertas 2 rim dan perlengkapan seadanya serta cadangan cash flow.
Eddy banyak bercerita saat masa-masa awal membangun Revo, usahanya yang dilalui tidak mudah. Bahkan ia pernah kehilangan dua sepeda motor sekaligus, miliknya dan adiknya, saat diparkir di depan toko. “Dulu, di tahun 2005, belum ada cetak outdoor flexy. Jadi, saya pasang spanduk dari triplek di pinggir jalan, lalu saya ikat di tiang listrik. Sempat diledek juga oleh tetangga, “koq pakai triplek, Pak? Nanti kalau kehujanan, lapuk.”
“Ah, engga apa-apa. Yang penting tulisannya masih terbaca,” jawab Pak Edy pada tetangganya tersebut. “Saat itu usaha saya benar-benar dari nol. Belanja kertas di supermarket. Pesananan kertas belum bisa dilayani supplier karena pembeliannya masih terlalu sedikit, lalu mesin fotokopi-nya pun didapatkan secara sewa dengan pembayaran ke penyewanya dihitung per lembar.”
“Yang menyakitkan saat itu juga adalah ketika order fotokopi yang saya terima sedang banyak-banyaknya, tidak tahunya, mesin yang saya sewa itu ditarik pemiliknya karena mau dijual. Alhasil, selama dua minggu, saya menjalankan usaha tanpa mesin apa-apa. Untungnya engga lama dari situ, istri saya mendapatkan dana jamsostek dari kantornya. Saya pun langsung upayakan pembelian mesin fotokopi Canon IR secara kredit ke MCM, supplier mesin fotokopi rekondisi.”
“Kemudian, di tahun 2007, saya sewa lagi mesin fotokopi warna. Makin rame, lalu saya Saya putuskan buka cabang di area Fatmawati, Jakarta Selatan. Area tokonya kecil, ukurannya 3×4 meter. Spanduknya saja yang besar. Ternyata, responnya lumayan bagus.”

Sering mengikuti seminar motivasi yang diadakan oleh Tung Desem Waringin, Eddy terinspirasi pada kesuksesan Tung. Bahkan nama Revo pun diusung sesuai semangat untuk berubah. Diambil dari kata Revolution yang berarti pengubah ke arah yang lebih baik secepat mungkin. Makna nama tersebut cukup mendalam baginya. Eddy yang berasal dari daerah, dimana dalam lingkungan pola pikir yang statis. Untuk itu ia bercita-cita berjuang mengubah hidup dan pola pikir yang lebih baik. Sedikit demi sedikit, hasil yang didapat digunakan untuk terus memperbesar usaha.

Sebagai contoh, yang awalnya hanya menyewa mesin fotokopi, lambat laun bisa menyicil mesin fotokopi selama 6 bulan seharga Rp 22 juta. Kini usaha yang kecil tersebut berkembang menjadi usaha jasa yang begitu lengkap dan memberikan hasil yang memuaskan.
Revo Print Shop yang awalnya hanya dikenal seputaran Bintaro, Rempoa, BSD, dan sekitar kawasan Tangerang, kini mengembangkan sayap dengan memiliki outlet baru di Fatmawati, Jakarta Selatan sejak 2008 dan percetakan offset, tiga tahun yang lalu.

Kini REVO Printshop sudah memiliki 3 cabang untuk retail (2 divisi Revo Printshop Production) dan 1 percetakan (Revo Printshop offset (di area Kebayoran Lama). REVO kini memiliki 180 Karyawan.
REVO Printshop offset cabang Kebayoran lama