Percetakan Sumber Bahagia didirikan pada tahun 2012 oleh Tommy Handoko. Sosok Tommy yang tekun sejak masih di bangku sekolah, bahkan keuletannya terlihat dimana ia mengambil dua jurusan saat kuliah. Disaat teman-teman seusianya lebih memilih menghabiskan masa muda dengan bergaul dan kongkow-kongkow, Tommy memilih kuliah malam di bidang desain, setelah siangnya kuliah di bidang teknik informatika di Unika Atmajaya, Semarang. Nah, seusai lulus kuliah, Tommy langsung mendirikan percetakan.

Minatnya buka usaha percetakan, tidak lepas kaitannya dari pengaruh kakaknya, Ali Ananda yang merupakan pengusaha supplier mesin digital printing, Allmac Machinery dan consumable digital printing, CV Alea Grafika. Tak menyia-nyiakan kesempatan dari sang kakak, Tommy belajar sendiri bagaimana seluk beluk mengenai mesin cetak plotter outdoor. Belajar cara membongkar printhead, bongkar ink tank, ink valve, dan lain-lain. Tommy memulai bisnis percetakan dengan modal awal kisaran 100 jutaan dan tersisa di tangan sebesar Rp 350.000,- saat memulai buka hari pertama. Setelah mengeluarkan modal untuk mesin, bahan baku, sewa tempat. Dan itu benar-benar sangat mendebarkan. Masa-masa menegangkan dalam memulai usaha tersebut berlangsung selama berbulan-bulan. Pengalaman ini membuat Tommy Handoko memiliki wawasan luas dalam mengembangkan usaha jasa one stop printing.

Menurut Tommy Handoko memulai bisnis digital printing sebaiknya dimulai dari bisnis cetak outdoor. Karena ordernya lebih banyak dibanding dengan order yang lainnya. Tetapi sebagai penunjang one stop printing harus ada semua. Peralatan mesin cenderung lebih mudah.

Banyak pemain printing outdoor (eco-solvent) mengeluhkan harga ongkos cetak hancur-hancuran, tetapi tetap saja menambah mesin terus. Apa pendapat anda?
Tommy : “Produktivitas sangat berpengaruh dalam dunia printing outdoor. Kalau dulu, saya sudah mengikuti bisnis cetak outdoor masih jaman menggunakan printhead Xaar Proton382, tidak bisa cepat. lalu ganti menggunakan Konica Minolta KM512 sedikit lebih cepat. Saat ini saya menggunakan printhead KM512i. Kenapa KM512i menjadi trend, adalah karena dengan waktu yang sama, biaya tenaga kerja sama, biaya listrik yang sama, tetapi bisa menghasilkan output yang lebih banyak. Karena order kan terus naik, sedangkan kualitas juga minta ditinggikan. Nah, hal ini tidak bisa kalau masih menggunakan mesin yang lama.”Menurut pantauan redaksi, banyak vendor mesin eco-solvent saat ini menggunakan printhead KM512i. lalu jadi apa yang membedakan satu merk dengan yang lainnya?
Tommy : “Printhead KM512i mulai hadir sejak februari 2016. Sampai saat ini belum ada terobosan baru lagi. Alasannya printhead-nya murah. Lebih murah dibanding tipe-tipe yang sebelumnya. Makanya terakhir ini saya memilih Bluewin KM512i itu karena easy maintenance, board dan selang-selangnya tidak terlalu banyak, minim kerusakan. Printhead-nya lebih tahan lama. Ukuran picoliter-nya (pl) dari KM512i juga yang saya suka. Kapasitas KM315i adalah 30 pl, hampir menyamai mesin dengan printhead 14 pl. Karena kalau printhead 14 pl suhunya terlalu panas sedikit, printhead-nya sudah tidak mau bekerja. Saat ini printhead kapasitas 14 pl biasanya digunakan untuk cetak sublimasi. Sedangkan warna nge-jreng (resolusi tinggi) itu didapatkan dari pengaruh picoliter juga, biasanya itu printhead kapasitas 40 – 42 pl. Semakin kecil picoliter, warna yang dihasilkan semakin soft. Tetapi menurut saya saat ini untuk mendapatkan warna resolusi tinggi cukup menggunakan mode photoprint.

Ada rencana buka cabang?
Tommy : “Ya. Kami baru buka cabang di bulan Agustus 2017 di daerah Tembalang, pinggir kota Semarang. Setelah kita evaluasi, banyak yang dari Ambarawa, Unggaran yang cari tempat cetak hingga tengah kota Semarang. Sehingga saya pikir, sebaiknya saya buka saja di dekat sana, supaya memangkas jarak tempuh mereka. Apalagi kebanyakan pelanggan berasal dari para broker yang berada di pinggiran kota Semarang. Padahal saya enggak punya marketing . Mungkin mereka lebih senang datang ke tempat saya, walaupun jauh.“

Saran anda untuk Pemula dalam pembelian Mesin?
Tommy : “Sepanjang pengalaman saya, saat memulai usaha ini dengan mesin bekas. Menurut saya sebaiknya untuk pemula, sebaiknya memulai dengan mesin baru. Perawatan dan maintenance-nya tidak terlalu merepotkan. Lalu untuk purna jual. Seperti teknisi yang mudah dipanggil. Kadang kalau sedang dikejar deadline cetak, lalu ada kerusakan dan harus ganti spare part. Bayangkan bila alamat supplier-nya jauh dari tempat kita. Mesin mengalami downtime dan kita mengalami kerugian. Baik waktu dan cost.”

Sebagai gambaran bagi calon pembeli mesin Bluewin:
Mengacu dari kebijakan Allmac Machinery. Kalau untuk pemula, biasanya vendor membantu mem-back up pembelian dengan kredit. Jadi, tetap dengan leasing, tetapi perusahaan penyedia mesin membantu dengan memberikan jaminan pembelian ke leasing, sehingga pembeli mesin tinggal mencicil saja dengan bunga hanya 1% saja.

Perihal Down Payment.
Biasanya Down Payment menggunakan standar perbankan, sekitar 30 sampai dengan 40% dari harga total mesin. Kalau Bluewin KM512i harga standarnya adalah sekitar Rp 315.000.000,- kalau yang KM512 adalah Rp 215.000.000,-. Biasanya bila sedang ada promo, harga bisa kurang dari itu.
Kalaupun pembeli mengalami kekurangan dalam pembayaran DP, pembeli bisa mencicil DP 3 sampai 6 kali. Misalkan, DP 30% dari mesin printhead KM512i adalah Rp 94.500.000,- dan itu bisa dicicil.

Selain jasa cetak, sepertinya anda juga menjual consumable?
Tommy : “Rata-rata, teman-teman sudah tahu kalau saya juga jualan consumable. Saya juga memasarkan tinta, banner roll, X-Banner, dan Stiker Camel. Kebetulan kami bekerjasama dengan PT. Karya Sedati dengan bendera Alea Grafika. Kami menjadi authorized distributor produk kertas sticker Camel untuk seluruh wilayah Jawa Tengah.”

Bisa dijelaskan kelebihan-kelebihan dari produk stiker Camel?
Tommy : “Keunggulan itu Camel itu pabriknya ada di Indonesia. Tepatnya di Surabaya. Sehingga mudah untuk mengkomunikasikan segala hal. Camel juga selalu melakukan perbaikan berkesinambungan dalam hal kualitas. Removable. Tidak meninggalkan bekas saat dilepas. Camel bermula dari A3+, sekarang mengembangkan ke bahan stiker untuk large format, dengan harga yang cukup murah. Saat ini pun Camel sudah mengelurkan tipe block-off. Stiker yang belakangnya hitam, untuk digunakan di kaca-kaca, lebih meredam panas dan kaca yang ditempeli stiker block-off, kita tidak bisa melihat keadaan di dalam ruangan dari luar.” @