Trend Bisnis Printing di Tahun 2022
Dunia printing, terutama sektor komersial mengalami terhempas cukup dalam selama pandemi. Tetapi dalam industri ini, beberapa pakar mengatakan bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun kebangkitan dan perubahan haluan. Ada pula yang berpendapat akan ada konsolidasi di sektor kemasan. Sepertinya 2022 akan menjadi tahun pencetakan digital short-run. Namun yang lain memperingatkan skenario suram mengenai ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan masalah ketersediaan bahan baku akibat terhambatnya laju impor.
Di awal tahun, pertanyaan di benak semua orang adalah apakah 2022 akan membawa angin segar yang sangat dibutuhkan bagi industri printing setelah dua tahun masa sulit sebelumnya. Pertama, semi lockdown atau PSBB / PPKM melumpuhkan industri secara signifikan. Tahun ini, walau mulai meredanya pandemi, industri printing menghadapi kenaikan harga dan tidak tersedianya bahan baku.
Jadi, isu atau tren apa yang paling memungkinkan terbentuk di sektor cetakan atau kemasan Indonesia pada tahun 2022?
Ketersediaan tenaga kerja terampil
Ketersediaan tenaga kerja terlatih di semua bidang akan menjadi masalah besar tahun depan. Krisis sumber daya tidak dapat dihindari, terutama ketika tidak ada perusahaan percetakan yang berinvestasi secara aktif dalam pelatihan tenaga kerja.
Pada level bawah, pekerja tidak terampil dan semi terampil mendapatkan peluang lain, baik dengan kembali ke desa mereka atau mengambil pekerjaan entry level lainnya. Secara tradisi, operator belajar di tempat kerja, junior menjadi senior. Saat level dasar terkikis, keseimbangan tenaga kerja menjadi terbalik. Mesin berkualitas tinggi tetapi tidak memberikan hasil yang diinginkan karena operatornya tidak cukup terampil. Jadi, bayangkan tantangannya ketika harga material terus naik, kuotasi naik bersamaan dan hasil yang diinginkan tidak tercapai karena tenaga kerja tidak cukup terampil untuk mengoperasikan mesin.
Digital short-run
Dua tahun terakhir selama pandemi, terlihat perubahan paradigma dalam kebutuhan cetak, pengemasan dan label digital short-run mengalami trend peningkatan. Print On-demand untuk buku telah meningkat dari sebelumnya. “Masa depan merchandising cetak kelas atas akan dikonversi melalui pencetakan digital dan hiasan digital. Akan ada persyaratan untuk solusi pengemasan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari kalangan muda. Satu hal yang dinantikan dalam aplikasi cetak masa depan adalah keserbagunaan dan solusi ekonomis dalam penyelesaian cetak jangka pendek.
Pengemasan jangka pendek dengan tingkat personalisasi dan customized yang semakin meningkat sebagai tren yang harus diperhatikan pada tahun 2022. Di seluruh dunia, kita melihat ledakan merek D2C (Direct to customer) karena maraknya aplikasi market place. ‘Penggerak ekonomi baru’ ini dibangun di sekitar komunitas masyarakat, menciptakan produk yang berfokus pada melayani target end-user skala kecil. Dari pembuat roti rumahan hingga petani organik hingga desainer butik, merek baru mulai bermunculan. Mereka membutuhkan kemasan yang menarik tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dalam percetakan komersial, terlihat trend arus masuk pekerjaan yang tidak dapat diprediksi. “Ada saat ketika kita tahu persis berapa banyak pekerjaan yang akan kita lakukan pada beberapa bulan yang akan datang. Itu telah berubah total. Jadi, pada tahun 2022, pemenang untuk percetakan komersial adalah ‘kecepatan’. Efisiensi dalam menyelesaikan pekerjaan lebih cepat akan memberi lebih banyak pekerjaan.
Dari perspektif konverter kemasan, katanya, kesenjangan dalam karton high-end jangka pendek semakin besar. Kesenjangan ini belum terisi. Kemasan pasti akan mengalami booming pada tahun 2022, tetapi hanya untuk perusahaan besar yang sudah terorganisir.
Konsolidasi dalam kemasan
Tahun Baru menjadi tahun kebangkitan dan perputaran. Namun itu tidak akan mudah, karena untuk melawan kenaikan harga, konverter kemasan juga perlu meningkatkan efisiensi produksi dengan otomatisasi alur kerja dan perlu menemukan cara untuk mengurangi waktu henti dan meminimalkan pemborosan.
Aspek lain yang harus diinvestasikan oleh industri ini adalah rekrutmen yang cerdas, pelatihan dan peningkatan keterampilan serta retensi bakat. Manfaat dari ini tidak akan langsung terlihat tetapi akan terlihat di tahun-tahun mendatang. Karena itu, 2022 akan terus menjadi tahun konsolidasi di mana banyak perusahaan ingin mendapatkan landasan dan keuntungan melalui kemitraan dan aliansi strategis.
Di tahun 2022 ini juga akan ada lebih banyak konsolidasi. Ketidakstabilan harga bahan baku akan mempengaruhi bottom line di tahun mendatang. Konsolidasi yang sedang berlangsung di ruang pengemasan.
Masalah kemasan
Di masa depan pasar pengemasan, keberlanjutan akan memainkan peran utama dalam industri pengemasan ke depan. Konstruksi bahan kemasan fleksibel akan menjadi perubahan revolusioner dalam industri yang mempengaruhi umur simpan produk, desain dan urutan warna dan juga parameter lain yang memicu banyak perubahan lainnya.
Meningkatnya harapan hidup akan meningkatkan permintaan akan produk perawatan kesehatan dan farmasi bersama dengan obat-obatan non-resep dan suplemen nutrisi.
Juga, akan ada lebih banyak konsumen tahun depan. Keluarga inti dan meningkatnya kehidupan single akan menyebabkan lebih banyak konsumen — terutama di kelompok usia yang lebih muda — yang cenderung berbelanja untuk semua kebutuhan mereka dalam jumlah yang lebih kecil dan dengan frekuensi yang lebih banyak, yang akan berdampak besar pada volume kemasan.
Tapi tidak semua keren di segmen kemasan. Industri ini telah menghadapi banyak masalah selama beberapa waktu. Untuk memulainya, bahan baku utama di sini adalah kertas dan carton board. Kertas seni dan kartu seni terutama di impor di India. Tarif semua jenis kertas dan kertas karton telah naik 50-60% dalam 8-10 bulan terakhir. Harga tinta dan varnish UV juga naik lebih dari 80%. Hal yang sama berlaku untuk semua input, seperti tinta, bahan kimia, film, pelat, perekat, dan lainnya.
Faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini adalah peningkatan angkutan laut; kelangkaan bahan akibat produksi rendah akibat lockdown Covid; kelangkaan skrap impor; kenaikan biaya bahan bakar; kenaikan biaya input domestik lainnya, dan seterusnya. Bergantungnya bahan baku pada China seperti inisiator photo dan bahan kimia. Pemerintah menaikkan PPN atas banyak barang cetakan dan kemasan (kotak corrugated) dari 5 atau 12 menjadi 18%.
Semua faktor di atas berkontribusi pada peningkatan kebutuhan modal kerja. Tapi sekarang, percetakan dan pengemasan sekarang terjepit di antara pemasok besar dan pelanggan besar. Pertumbuhan industri percetakan dan pengemasan sebanding dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di tahun baru, ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih dari 5% karena pemerintahan yang stabil; pengendalian Covid-19 melalui vaksinasi; kebijakan/insentif pemerintah terhadap investasi baru; biaya infrastruktur, dan lain-lain.
Kebangkitan eCommerce
Kebiasaan konsumen telah berubah secara signifikan selama pandemi, yang mempengaruhi industri pengemasan. Pengiriman makanan dan produk konsumen ke rumah meningkatkan permintaan wadah kemasan, diikuti oleh pengalaman membuka kotak yang sedang meningkat.
Sisi eCommerce dari produk konsumen meledak selama pandemi dan seterusnya, di mana konsumen dalam jumlah besar telah beralih ke belanja online. Sebuah trend yang tidak dapat disangkal akan terus berlanjut. Pada tahun 2021, berspekulasi bahwa penjualan bahan makanan online AS akan mencapai 12,4% dari penjualan eCommerce negara itu. Laporan lain menunjukkan bahwa jumlah pembeli grosir digital AS akan tumbuh dari 131,6 juta pada 2020 menjadi 137,9 juta pada 2021. Itu pertumbuhan 4,8% dari tahun ke tahun.
Bersamaan dengan ini, katanya, banyak hal juga mencari teknologi baru di seluruh platform digital — augmented reality (AR), virtual reality (VR), mixed reality (MR) dan media sosial siap menjadi pusat perhatian. Perusahaan memanfaatkan sumber daya berbiaya rendah namun menarik ini untuk hampir semua hal— mulai dari konsep baru hingga pembelajaran hingga produk dan layanan. Selain itu, selama bertahun-tahun kecerdasan buatan telah berkembang, tetapi era pasca-pandemi tampaknya akan mempercepat penggunaannya di lebih banyak departemen cetak dan pengemasan, termasuk post-press, akuntansi, dan lain-lain. @Pg