pemilik x graphic
Harjanto Sudarsono (owner XGraphics) berdiri paling kanan bersama jajaran manajemen XGraphics dari seluruh cabang

Selain percetakan asal Tasikmalaya, Multi Grafika, Redaksi Print Graphic menetapkan percetakan XGraphics sebagai salah satu kandidat peraih Print Graphic Awards 2019 di ajang Anugerah Indonesia Print Graphic Awards 2019 yang rencananya akan diselenggarakan di Jakarta, pada akhir Oktober 2019.

XGraphics sangat pantas menjadi satu dari Top 10 Print Graphic Awards 2019, karena telah banyak menorehkan prestasi yang membanggakan, di industri percetakan. Apalagi belum lama di tahun 2018, XGraphics memenangkan Premier Print Awards 2018 untuk best of category. Ini merupakan ajang penganugerahan yang diselenggarakan oleh Printing Industries of America (PIA). Premier Print Awards merupakan kompetisi cetak Internasional paling terkemuka di dunia.

Lebih dari 2.000 karya yang diserahkan untuk dinilai dan 127 diberikan penghargaan kategori terbaik. Para penerima penghargaan tahun 2018 berasal dari Amerika Serikat, Kanada, China, Mexico, Australia, Indonesia dan Uni Emirat Arab. Agar mendapat penghargaan Premier Print Awards, pengirim harus menunjukkan karya cetak dengan kualitas cetak yang benar-benar unggul dan keahlian luar biasa.

Harjanto dengan trophy Premier Print Awards 2019 dan karya cetak yang memenangkannya
Cikal Bakal XGraphics

Semua bisnis Percetakan XGraphics berawal dari orang tua Harjanto yang bergelut di dunia fotokopi di tahun 1987, dengan nama Metro Photo Copy di daerah Bogor. Perusahaan jasa penduplikatan dokumen ini merupakan yang pertama sebagai salah satu pemegang lisensi mesin Xerox ukuran A1. Pada waktu itu, ukuran A1 adalah ukuran yang terbesar jenis fotokopi di seluruh dunia. Sehingga Metro menjadi salah satu pusat fotokopi besar di masa-nya. Sayangnya, usaha ayahnya tersebut sempat surut karena ada masalah internal.

Awalnya, Harjanto tidak begitu tertarik pada bisnis fotokopi. Ini dikarenakan pada tahun 1991, saat itu Ia tengah duduk di bangku kuliah, diminta Ayahnya untuk meneruskan usaha.

Bisnis fotokopi yang diwariskan orang tuanya tersebut tidak serta merta menjadikan Harjanto mudah untuk mengurusinya. Apalagi Ia meneruskan usaha yang tengah terpuruk. Butuh waktu, perjuangan yang kuat untuk mengangkatnya kembali . Pengetahuannya saat itu mengenai bisnis fotokopi pun masih nol.

Dengan lokasi store di pasar tradisional di Bogor yang sebenarnya menurutnya kurang cocok digunakan sebagai lahan bisnis fotokopi , Harjanto membangkitkan kembali Metro Photocopy. Itulah tantangan awal yang dialaminya. Apalagi perjuangannya semakin berat Ia rasakan saat Ayahnya wafat.

Tapi Harjanto bukan orang yang mudah menyerah. Dengan kegigihan dan pemikiran cermat, Ia yang saat itu sambil menyelesaikan kuliahnya di jurusan Teknik Komputer Universitas Bina Nusantara, mengalihkan tempat usaha fotokopi ke tempat lainnya masih di area Bogor juga. Bisnis fotokopi mulai kembali berkembang baik. Mesin-mesinnya pun terus bertambah dari mulai mesin ukuran kecil hingga ukuran A0, dimana saat Harjanto sudah aktif mengelola, mesin-mesin fotokopi ukuran A0 sudah mulai banyak diluncurkan vendor mesin.

Tiga tahun kemudian, Ia membuka cabang pertama Metro Photocopy di Cibinong.

Nama Xerography Indonesia (yang sering disingkat menjadi XG) bermula dari minat Pak Hari pada sejarah. Cabang ilmu teknologi penduplikatan yang dikembangkan oleh Chester F. Charlson ini dinamakan teknologi Xerography. Kemudian dijadikan pilihan nama perusahaannya saat mulai ekspansi ke Jakarta di tahun 2001. Ia enggan menggunakan brand lamanya, Metro, Karena di Jakarta, nama brand Metro sudah terlalu banyak.

Harjanto mulai merambah Jakarta dengan membuka store kedua di Jalan Prof Dr. Satrio, dekat mall Ambassador, Casablanca. Kemudian cabang ketiganya yang terkenal di Bendungan Hilir pada tahun 2004. Cabang ke empat di daerah Grogol, kemudian cabang kelima di Universitas Trisakti hasil kerjasama dengan toko buku Gunung Agung. Harjanto membuka cabang keenamnya di jalan Bendungan Hilir lagi, dengan nama yang berbeda, yaitu Digital Dimensi. Kemudian yang terakhir, di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, September 2012. Tidak semua cabang Ia miliki secara tunggal. Beberapa cabang adalah hasil kerjasama rekanan. â–