Lulus dengan gelar B.sc. di bidang teknik elektro dan MBA di bidang Management Information System dari University of Denver, Amerika Serikat, tahun 1992. Setelah Lulus, Brahm bergabung dengan team kerja Steve Jobs di NeXT Computer Inc. sebagai Campus Consultant dengan tanggung jawab dalam hal konsultasi dan instalasi NeXTSTEP OS di berbagai universitas di Denver. Di tengah pekerjaan inilah, ia mulai mengenal berbagai aspek estetika desain, hingga kerumitan kerja prepress hingga proses cetak, selain membantu beberapa dosen dalam mendesain makalah riset dan buku laporan teknis.

Ketertarikan saat itu pada dunia desain grafis, makin serius ia lakukan setelah bermitra kerja bersama Todd Steigerwald membangun Q• Image & Advertising dengan pangsa pasar para software developer yang berbasis NeXTSTEP.

Di tahun 1994, resesi melanda Amerika dan NeXTSTEP ternyata kurang mendapat respons pasar karena “too advanced for its time” dengan harga yang terlalu mahal. Akibatnya banyak perusahaan software pengembang NeXTSTEP banyak yang tutup. Q• Image & Advertising pun terkena imbas.

Banyak piutang yang tak terbayar. Akhirnya, Brahm memutuskan kembali ke tanah air bersama istri dan anaknya. Ini mengikuti saran adiknya, Fedra Carina yang kuliah di jurusan komunikasi visual, Denver. Menurut Fedra, bisnis desain di Jakarta tengah berkembang pesat. Berbekal Apple PowerMac 8100 dengan monitor 21 inchi dan sebuah Apple LaserWritter hasil tabungannya selama bekerja di Amerika, Brahm bekerja di SatuKata Advertising, Jakarta. Sambil menjajaki freelance job bagi beberapa perusahaan public relation. Job-job yang dikerjakan setelah jam kerja tersebut menginspirasi di kemudian hari untuk menjadikan nama perusahaannya, Afterhours.

Usaha yang dilakukan benar-benar dimulai dari bawah, dikerjakan di dalam kamar tidur yang hingga kini tetap digunakan. Kamar tidur yang sekaligus ruang kantornya itu menjadi bagian dari historis perusahaannya. Afterhours makin berkembang. Proyek pertama yang dikerjakan adalah company profile Niaga Cigna, melalui IndoPacific PR. Setelah itu banyak pengerjaan yang telah dihasilkan. Untuk Argha Karya, Intinusa, Makindo Securities, Alter Abadi, dan Branta Mulia, coffee-table books untuk memperingati 40 tahun Pertamina, ”Dari Puing-Puing ke Masa Depan” dan “30 tahun Elnusa.” Pengerjaan Afterhours mencakup corporate branding, packaging, multimedia presentation, web design dan corporate collaterals (company profile, annual reports, newsletters). Afterhours kemudian merambah hingga marketing collaterals yang kini menjadi trend (direct mail, newsletter, katalog, dan lain-lain).

Tahun 2003 Afterhours books di Denver, mengalami peningkatan signifikan. Dibawah kendali Fedra Carina. Seiring tahun tahun ‘booming’ ekonomi global, baik Afterhours di Jakarta maupun yang di Denver sama-sama maju pesat dan berhasil mendapatkan job order dari berbagai perusahaan ternama. Afterhours Denver berhasil meraih order dari Starz Entertainment Group, Atlas Air, University of Denver, ReMAx realty, dan banyak lagi. Sementara klien Afterhours di Jakarta mendapatkan klien-klien seperti Bank Mandiri, BCA, BNI, Citibank, DBS Bank, ABN Amro Bank, Austindo Group, Pfizer, Unicef, Frisian Food, Schroder Indonesia, ANJ Finance, dan Astra CMG.

Frankfurt Book Fair 2016
AFTERHOURS MULAI MERAMBAH PADA PENERBITAN BUKU

Brahm terinspirasi dari pelukis Van Der Sterren yang membuatnya menjadi gemar mengkoleksi lukisan. Dari hobi barunya itulah ia kembangkan dalam bentuk penerbitan buku seni, bekerjasama dengan Hexart Publishing, Seperti ‘Vibrant’ Arie Smit, ‘A Tropical Journey’ Van Der Sterren, kemudian buku-buku Theo Meier.

Buku ‘Rumah Bangsa’ yang menjadi official presidential gift (hadiah resmi kepresidenan) bagi tamutamu negara juga adalah buah karya Afterhours bekerjasama dengan Red & White Publishing, juga ada ‘A Walk in the Clouds’ karya George Tahija, ‘BROMO Majestic Mystical Mountain’ Sigit Pramono, ‘Soul Odyssey’ Lans Brahmantyo, ‘Landof Water: Exploring Indonesia by Sea’ Paul Dean, ’Soulscape Road’ Oscar Motuloh dan lain-lain. Brahm pun lalu memutuskan untuk fokus ke segmen buku premium dan mengubah nama menjadi Afterhours Books di tahun 2009.

Bersama putranya, Mikha Angelo (the Overtunes)